Sinopsis Film Hotel Rwanda



Film Hotel Rwanda adalah film tentang konflik yang terjadi antara kedua suku yaitu, Hutu dan Tutsi pada tahun 1994, di Kigali, Rwanda. Dimana suku Hutu membunuh semua orang Tutsi, dikarenakan suku Hutu menganggap bahwa suku Tutsi merupakan kaki tangan Belgia ( Rwanda merupakan wilayah koloni Belgia.

  Diceritakan ada seorang Hutu yang bernama Paul Rusesabagina yang merupakan manajer di Hôtel des Mille Collines. Ia mempunyai seorang istri yang bernama Tatiana yang berasal dari suku Tutsi. Ia juga mempunyai 2 anak perempuan dan 1 anak laki-laki. Suatu malam, ia pulang ke rumah untuk bertemu dengan istrinya, anak-anaknya, serta iparnya yang sedang berkunjung. Setelah makan malam, anaknya yang laki-laki berlari ke ruang tamu dan memberitahu mereka semua bahwa ada banyak tentara di jalan. Paul, istrinya, dan iparnya pun mengintip dari pintu dan melihat para tetangganya diseret, sambil dipukuli dengan kejam oleh tentara Hutu.Keesokan malamnya ia pulang ke rumahnya saat keadaan semakin parah. Terjadi pembakaran rumah dan pembunuhan. di rumah, istri dan tetangganya sudah berkumpul dan memberitahu apa yang sedang terjadi kepada paul dengan panik. Mereka berkata bahwa presiden telah dibunuh oleh suku Tutsi, menyebabkan kerusuhan semakin parah. Keesokan paginya, tentara Hutu datang ke rumahnya dan memintanya untuk mengambil uang di hotelnya dan memberikan kepadanya. Paul juga memaksa untuk mengajak serta keluarganya dan pengungsi yang ia akui sebagai keluarganya. Sesampainya, Paul masuk ke dalam hotel dan mengambil uang serta perhiasan yang ia simpan di dalam safety box. Setelah ia keluar dari hotel, ia melihat istrinya dan pengungsi yang tadi ia bawa sedang diancam oleh tentara Hutu. Lalu ia bernegosiasi dan memberikan uang 1000 dollar pada tentara Hutu itu agar mereka dapat bebas dari ancaman. Paul pun segera membawa mereka ke hotelnya. 

Pengungsi terus bertambah di hotel itu. David seorang reporter dan Jack seorang cameramen merekam kejadian kerusuhan itu menginap di hotel Mille Collines. Ada juga Colonel Oliver, seorang pemimpin penjaga perdamaian PBB, yang membawa pengungsi ke hotel itu. Akan tetapi, colonel Oliver tidak dapat bertindak karena penjaga perdamaian PBB dilarang untuk ikut campur dalam masalah itu. Ditambah lagi anak-anak yang diungsikan oleh Pat, seorang petugas palang merah. Hotel itu pun semakin penuh. Hanya di hotel itu pengungsi dapat ditampung, karena camp pengungsian PBB dianggap sangat berbahaya saat itu. Segera setelah Pat mengungsikan beberapa anak, ia segera pergi untuk menjemput anak-anak yang lain. Paul pun menitip pesan kepada Pat untuk menjemput serta ipar dan keluarganya yang tinggal di dekat panti asuhan. Malam harinya, Pat datang ke hotel dan sambil menangis melaporkan kepada Paul dan Tatiana bahwa saat ia datang ke panti asuhan, suku Hutu sedang membunuh anak-anak Tutsi. Esok harinya, semua warga yang berkulit putih dievakuasi untuk meninggalkan Rwanda, termasuk David dan Jack. Mereka hanya membawa orang-orang dari bangsanya dan tidak memperdulikan orang yang tinggal di Rwanda.

Hotel Rwanda pun semata-mata hanya menjadi tempat pengungsian suku Tutsi dan Hutu. Lama-kelamaan, persediaan makanan dan keperluan mereka habis. Paul dan salah satu pegawai hotel, Gregoire, pergi ke suatu tempat orang Hutu untuk membeli keperluan tersebut. Pemimpin di tempat itu mengatakan bahwa Hutu pasti bisa membunuh semua orang Tutsi. Di tempat itu, Paul juga melihat wanita-wanita Tutsi yang diperlakukan seenaknya untuk prostitusi. Dalam perjalanan pulang, Gregoire mengikuti petunjuk jalan yang diberikan oleh pemimpin yang tadi. Mereka pun menyadari bahwa mereka sudah keluar dari jalur. Paul jatuh di sana dan menyadari bahwa sekelilingnya adalah orang-orang Tutsi yang telah mati dibunuh. Pemimpin di tempat orang Hutu tadi ingin menegaskan kepada Paul bahwa ia tidak ada bedanya dengan orang Tutsi karena ia telah membantu orang Tutsi. Ia ingin mengingatkan kepada Paul bahwa Paul bisa saja dibunuh seperti mereka.Suatu pagi letnan Hutu memerintahkan Paul untuk membawa semua pengungsi keluar dari hotel dalam waktu 30 menit. Paul menggunakan waktu itu untuk menelepon presiden Sabena untuk meminta tolong. Akan tetapi, pada akhirnya letnan Hutu dan personelnya pergi meninggalkan hotel tanpa membunuh siapapun.

Sehari sebelum rencana Paul untuk mengevakuasi para pengungsi keluar dari Rwanda, Paul kembali meminta tolong kepada Pat untuk menyelamatkan keponakan ia dan Tatiana. Pat tidak bisa berjanji karena kemungkinan besar mereka telah dibunuh. Keesokan harinya, Pat tidak datang hingga pukul 7 pagi. Oleh karena itu, Paul memutuskan untuk mengevakuasi istri dan anaknya, tetapi ia tetap tinggal untuk menyelamatkan pengungsi lainnya. Istri dan anak-anaknya pun menangis. Malangnya, tentara Hutu diberitahukan bahwa yang ada di truk UN bukanlah personel UN, melainkan suku Tutsi. Mereka pun dikepung oleh tentara Hutu, sehingga mereka tidak bisa melanjutkan perjalanan dan harus kembali ke hotel.Di hotel, Oliver tidak bisa lagi mempertahankan penjaga keamanan hotel. Ia meminta bantuan kepada Bizimungo, kepala dari tentara Rwanda. Ia mau membantu Paul karena Paul memberinya perhiasan yang sangat banyak. Ia juga berencana untuk membunuh Paul nantinya, maka ia pun memanfaatkan kesempatan ini. Saat Paul mendapat bantuan dari Bizimungo laskar hutu telah mengepung hotel dan siap membunuh pengungsi yang ada didalamnya. Paul pun panik dan berusaha mencari istrinya. Ia takut jika istrinya telah bunuh diri. Akhirnya, ia menemukan istri dan anak-anaknya bersembunyi di bathub.Beberapa minggu kemudian, Oliver membawa berita baik bahwa para pengungsi sudah bisa meninggalkan Rwanda. 

Dalam perjalanan, mereka sempat diserang oleh pasukan Hutu, namun mereka tetap bisa kabur karena suku Tutsi juga mencoba menyerang mereka. Mereka pun sampai di tempat pengungsian yang aman. Disana Paul dan Tatiana mencoba mencari keponakan mereka, tetapi tidak ada yang melihatnya. Mereka pun pasrah dan masuk ke bus untuk pergi meninggalkan Rwanda. Di sisi lain, Pat menemukan keponakan Paul dan Tati. Pat pun mengejar bus itu dan berhasil menghentikannya. Paul, Tati, dan anak-anaknya turun dari bus dan menemukan keponakan yang mereka cari sedang bernyanyi bersama anak anaknya. Cerita ini pun berakhir bahagia dan mereka pun berjalan menuju bus bersama-sama untuk meninggalkan Rwanda.



          






Komentar

Postingan Populer